Sunday, 24 April 2016

Cerpen: INDUNG

*Dimuat di Tabloid Suara USU edisi 106 April 2016



INDUNG

Oleh Raihan Uliya
Ilustrasi oleh Arman Maulana Manurung | Redaktur Cetak Suara USU



            Kata Bapak, Mak sudah mati. Dadanya tak lagi ranum sebab ia lahir tanpa rahim. Aku diam, tak mau tanya Bapak lagi.
Kami bertuhan Padi. Kiranya begitu ucap Bapakku lima tahun lalu. Pun belalang adalah para Nabi-nabi. Tapi Mak, tak kenal cinta pada Padi. Ia ajak aku menyembah Tuhan lain pula. Aku bilang aku bertuhan Padi. Mak bilang Padi bukan Tuhan. Aku tanya kenapa Tuhan begitu ramai. Mak jawab Tuhan tak ramai, hanya aku harus pintar memilih. Maka aku pilih Padi. Mak beri aku waktu pilih lagi pandai-pandai. Pilihanku tetap Padi. Tak sampai tiga menit, Mak mati.
 “Kau harus melacur.”