*Dimuat di Tabloid Suara USU edisi 106 April 2016
Oleh Raihan Uliya
INDUNG
Ilustrasi oleh Arman Maulana Manurung | Redaktur Cetak Suara USU |
Kata
Bapak, Mak sudah mati. Dadanya tak lagi ranum sebab ia lahir tanpa rahim. Aku
diam, tak mau tanya Bapak lagi.
Kami bertuhan Padi. Kiranya
begitu ucap Bapakku lima tahun lalu. Pun belalang adalah para Nabi-nabi. Tapi
Mak, tak kenal cinta pada Padi. Ia ajak aku menyembah Tuhan lain pula. Aku
bilang aku bertuhan Padi. Mak bilang Padi bukan Tuhan. Aku tanya kenapa Tuhan
begitu ramai. Mak jawab Tuhan tak ramai, hanya aku harus pintar memilih. Maka aku
pilih Padi. Mak beri aku waktu pilih lagi pandai-pandai. Pilihanku tetap Padi. Tak
sampai tiga menit, Mak mati.
“Kau harus melacur.”