Pahit. Iya, bener. Pahit karena banyak campurannya, mulai dari susah hati, gak enak hati, kecewa, nyesel, pikiran malah jadi bercabang, mikir ini mikir itu, cemas, takut dan banyak deh macamnya. Tapi ya mau gimana lagi? Toh, udah terjadi, kan? Yaa walopun udah terjadi ya tetep aja kitanya yang salah, kenapa saat itu gak kayak gini, gak kayak gitu, gak ini dulu, atau penyesalan apalah lagi yang bakal timbul?
Nah, untuk pribadi pribadi seperti kita,
yang memang sering banget dipeluk, di elus-elus sama rasa bersalah, udah, yang sabaaaaaar. Kalo kita salah, ya kita mesti minta maaf, kan? minta maaflah. Kalau yang bersangkutan memaafkan ya Alhamdulillah, kalau yang bersangkutan belum ikhlas, ya kitanya juga mesti berjuang nebus itu kesalahan, kalau yang bersangkutan memang bener-bener ga bisa maafin kita, cukup tahu diri saja, itu memang salah kita, kan? berjanjilah, tak akan mengulang hal yang sama, tebus, apapun caranya, jadi pribadi yang lebih baik misalnya...
Seriusan loh, kita gaboleh juga nyalahin si pihak korban, kenapa? satu, karna kita yang salah. dua, karna memaafkan orang lain itu bukan hal yang mudah buat dilakuin. tiga, karna kita bukan Tuhan. CATAT!
Memaafkan itu seperti....
Tembok yang udah dipakuin, terus dicabut. bisa dibayangkan? iya, tembok bolong! begini maksudnya, ibaratkan saja kita ini sebuah tembok mulus, bercatkan warna kesukaan kita sendiri, kokoh, bersih, dan terserah. Nah, ketika seseorang melakukan kesalahan kepada kita nih, ia akan menancapkan satu paku ditubuh kita atau ditembok tadi, ketika ia meminta maaf dan kita mengatakan untuk memaafkan, bukan berarti kesalahan itu lenyap begitu saja, bukan berarti kesalahan itu hilang, dibawa angin, longsoran, gempa bumi, badai, tenggelam, petir atau lain macamnya. BUKAN. Saat tembok sudah dipaku, lalu pakunya dicabut karna telah dimaafkan, sekarang lihat temboknya, apa masih seperti semula? enggak, kan? tentu saja tembok tadi masih berbekas, makanya kalo kita udah memaafkan seseorang, trus dia buat kesalahan lagi atau malah di ungkit-ungkit lagi, kita bakal kesel, marah, atau semua perasaan bercampur aduk jadi adonan yang udah gabisa dikemas lagi.
Itulah kenapa, salah itu rasanya bikin takut, dibawa tidur, dibawa kemana-mana, dihantui bahkan terkadang lebih menyeramkan dibanding hantu jalanan yang beli satelah, baksolah, udah, kalah deh!
Akan ada yang salah, akan ada yang memahami, akan ada pula Tuhan yang paling mengerti.
Diam, kalau memang salah, tak perlulah membantah segala, akui saja, jangan bentuk kesalahan lain saat detik berikut mengikut.
Salam Hangat,
Raihan Uliya
Nah, untuk pribadi pribadi seperti kita,
yang memang sering banget dipeluk, di elus-elus sama rasa bersalah, udah, yang sabaaaaaar. Kalo kita salah, ya kita mesti minta maaf, kan? minta maaflah. Kalau yang bersangkutan memaafkan ya Alhamdulillah, kalau yang bersangkutan belum ikhlas, ya kitanya juga mesti berjuang nebus itu kesalahan, kalau yang bersangkutan memang bener-bener ga bisa maafin kita, cukup tahu diri saja, itu memang salah kita, kan? berjanjilah, tak akan mengulang hal yang sama, tebus, apapun caranya, jadi pribadi yang lebih baik misalnya...
Seriusan loh, kita gaboleh juga nyalahin si pihak korban, kenapa? satu, karna kita yang salah. dua, karna memaafkan orang lain itu bukan hal yang mudah buat dilakuin. tiga, karna kita bukan Tuhan. CATAT!
Memaafkan itu seperti....
Tembok yang udah dipakuin, terus dicabut. bisa dibayangkan? iya, tembok bolong! begini maksudnya, ibaratkan saja kita ini sebuah tembok mulus, bercatkan warna kesukaan kita sendiri, kokoh, bersih, dan terserah. Nah, ketika seseorang melakukan kesalahan kepada kita nih, ia akan menancapkan satu paku ditubuh kita atau ditembok tadi, ketika ia meminta maaf dan kita mengatakan untuk memaafkan, bukan berarti kesalahan itu lenyap begitu saja, bukan berarti kesalahan itu hilang, dibawa angin, longsoran, gempa bumi, badai, tenggelam, petir atau lain macamnya. BUKAN. Saat tembok sudah dipaku, lalu pakunya dicabut karna telah dimaafkan, sekarang lihat temboknya, apa masih seperti semula? enggak, kan? tentu saja tembok tadi masih berbekas, makanya kalo kita udah memaafkan seseorang, trus dia buat kesalahan lagi atau malah di ungkit-ungkit lagi, kita bakal kesel, marah, atau semua perasaan bercampur aduk jadi adonan yang udah gabisa dikemas lagi.
Itulah kenapa, salah itu rasanya bikin takut, dibawa tidur, dibawa kemana-mana, dihantui bahkan terkadang lebih menyeramkan dibanding hantu jalanan yang beli satelah, baksolah, udah, kalah deh!
Akan ada yang salah, akan ada yang memahami, akan ada pula Tuhan yang paling mengerti.
Diam, kalau memang salah, tak perlulah membantah segala, akui saja, jangan bentuk kesalahan lain saat detik berikut mengikut.
Salam Hangat,
Raihan Uliya
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan :)