Aku pujangga sang pelupa
Sungguh pun rautmu tak lagi hijau dalam gaun yang kujahit tanpa matahari.
Nafasku membiru, merusak paru
Kau tak pernah tahu, Bung!
Ah, bukan tak pernah, hanya saja aku tak bisa memberi harga pada waktu-waktu emasmu
Andai kau tahu tentang kayu lumut berjamur di belakang diammu
Nanti, jika saja bauku sampai dalam kudukmu, akankah tolehmu harus kubayar jua?
Kalau 'ya', alangkah peluhku bahagia tahu betul kau sebongkah gula
Padahal hendak saja kuseduh kopi yang menikam rasa tiap mili detik jam dinding di sudut rumahmu
Benar, kan, aku lupa kau sebongkah gula yang lupa pada lara
Manismu tak berasa sampai ke dada
Kau mencuri manis dari kopiku, kau simpan sendiri dalam selimutmu
Sungguh aku secangkir kopi tak berbuih
Salam Hangat,
Raihan Uliya
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan :)