Tuesday 25 August 2015

BARRY - Cerpen



Oleh: Raihan Uliya

Seperti rumah, menjadi semakin rumah ketika ditinggalkan. Begitulah cinta, menjadi semakin cinta sesudah hilang” ----Putu Wijaya.

“Siapa sih, cewek paling cantik di pertanian?”
“Bukan elo, bukan Frisca, bukan gue”
“Tapi mungkin gue masih lebih cantik dari elo berdua,” sambung Frisca seraya merebut teh botol didepan wanita berambut agak pirang dan dikucir kuda dengan pita rambut model Pinky Fresh, katanya, Angi. “Kenapa sih?”
There’s a man who got a crush on her, medical department”
Feeling jealous then?
I’m not, surely
Yeah, you are”
Cemburu? List cowok ganteng difakultas sendiri aja belum ada yang demen.
“Dih, mau bantu aku nggak sih? Aku tuh mau bantuin Barry buat dapetin itu cewek”
“B-BA-R-RY?”

Sunday 2 August 2015

(Bukan) Pagi Yang Sama

Ya, kurasa ini masih pagi yang sama seperti pagiku dihari sebelum hari ini.
Tapi pagi ini, tidak ada suara gaduh ketukan pintu kamar dari luar saat adzan subuh menggema dikampung ini. Tidak ada suara pompa air dikamar mandi dan semua lampu masih padam. Riuhnya hentakan kaki yang berlari-lari diruang tamu juga tak tertangkap oleh telingaku. Gorden jendela masih terbentang menyelimuti kaca-kaca yang dipenuhi embun.
Pagi ini, al-fatihah dan ayat suci al-quran tidak menggetarkan dinding dan tiang-tiang rumah kami, tidak ada air hangat untuk meneguk secangkir kopi, tidak ada nyanyian dari radio, tidak ada tayangan televisi, tidak ada gelak tawa, dan gula pasir masih diam diwadah putih dapur kami.
Benar, ini masih pagi dirumah yang sama, kan?